Kamis, 26 September 2013
0
Kamis, 26 September 2013
mbohtampan@blogspot.com
Masalah Sosial Kemiskinan :
read more
Masalah Sosial yang Ada di Masyrakat
Menurut
Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara
unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan
kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada
dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam
kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah
sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai
dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber
masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya
masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi
sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.
Masalah
sosial di Indonesia terjadi seperti lingkaran setan, Pemerintah telah
membuat peraturantentangakan memberi denda pada orang yang bersedekah
pada pengemis, dan pemerintah juga sibuk dengan kebijakan-kebijakan yang
telah dan akan dibuat yang berkaitan dengan masalah sosial yang terjadi
di Indonesia seperti PNPM Mandiri, Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Masalah
sosial yang sangat terasa di saat sekarang ini adalah realita
kemiskinan yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Kita semua
menyadari bahwa kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial di
Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program
dilakukan untuk mengatasinya tetapi masih banyak kita temui permukiman
masyarakat miskin hamper di setiap sudut kota.Keluhan yang paling sering
disampaikan mengenai pemukiman masayarakat miskin tersebut adalah
rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap sebagai bagian kota yang
mesti disingkirkan.Masalah Sosial Kemiskinan :
Tulisan
ini mencoba untuk memberikan penjelasan tentang latar belakang
terjadinya kemisikinan di Indonesia secara umum dan kota Jakarta secara
khususnya, dan upaya untuk mengatasi kemiskinan di perkotaan sekaligus
pula untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman masyarakat
miskin.
Pendekatan
konvensional yang paling popular dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah adalah menggusur pemukiman kumuh dan kemudian diganti
oleh kegiatan perkotaan lainnya yang dianggap lebih bermartabat. Cara
seperti ini yang sering disebut pula sebagai peremajaan kota bukanlah
cara yang berkelanjutan untuk menghilangkan kemiskinan dari perkotaan.
Kemiskinan
dan kualitas lingkungan yang rendah adalah hal yang mesti dihilangkan
tetapi tidak dengan menggusur masyarakat yang telah bermukim lama di
lokasi tersebut. Menggusur secara paksa adalah hanya sekedar memindahkan
kemiskinan dari lokasi lama ke lokasi baru dan kemiskinan tidak akan
pernah berkurang. Bagi orang yang tergusur malahan penggusuran ini akan
semakin menyulitkan kehidupan mereka karena mereka mesti beradaptasi
dengan lokasi pemukimannya yang baru dan penggusuran secara paksa bahkan
sampai dengan adanya unsure anarkisme itu adalah melanggar hak asasi
manusia yang paling hakiki dan harus dihormati bersama.
Di Amerika Serikat, pendekatan peremajaan kota sering digunakan pada tahun 1950 dan 1960-an.2Pada
saat itu pemukiman-pemukiman masyarakat miskin di pusat kota digusur
dan diganti dengan kegiatan perkotaan lainnya yang dianggap lebih baik.
Peremajaan kota ini menciptakan kondisi fisik perkotaan yang lebih baik
tetapi sarat dengan masalah sosial. Kemiskinan hanya berpindah saja dan
masyarakat miskin yang tergusur semakin sulit untuk keluar dari
kemiskinan karena akses mereka terhadap pekerjaan semakin sulit.
Peremajaan
kota yang dilakukan pada saat itu sering kali disesali oleh para ahli
perkotaan saat ini karena menyebabkan timbulnya masalah sosial seperti
kemiskinan perkotaan yang semakin akut, gelandangan dan kriminalitas.
Menyadari kesalahan yang dilakukan masa lalu, pada awal tahun 1990-an
kota-kota di Amerika Serikat lebih banyak melibatkan masyarakat miskin
dalam pembangunan perkotaannya dan tidak lagi menggusur mereka untuk
menghilangkan kemiskinan di perkotaan.
Kalau
diIndonesia, paling sedikit kami menemukan dua masyarakat miskin di
Jakarta yang melakukan aktivitas hijau untuk meningkatkan kualitas
lingkungan sembari menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
miskin. Masyarakat di Penjaringan, Jakarta Utara dan masyarakat kampung Toplang
di Jakarta Barat mereka mengelola sampah untuk dijadikan kompos dan
memilah sampah nonorganik untuk dijual.
Aktivitas
hijau di Penjaringan, Jakarta Utara dilakukan melalui program
Lingkungan Sehat Masyarakat Mandiri yang diprakarsai oleh Mercy Corps
Indonesia. Masyarakat miskin di Penjaringan terlibat aktif tanpa terlalu
banyak intervensi dari Mercy Corps Indonesia. Program berjalan dengan
baik dan dapat meningkatkan kualitas lingkungan kumuh di Penjaringan.
Masyarakat di Penjaringan sangat antusias untuk melakukan kegiatan ini
dan mereka yakin untu mampu mendaurlang sampah di lingkungannya dan
menjadikannya sebagai lapangan pekerjaan yang juga akan berkontribusi
untuk mengentaskan kemiskinan di lingkungannya.
Cara
untuk mengatasi kemiskinan dan rendahnya kualitas lingkungan permukiman
masyarakat miskin adalah tidak dengan menggusurnya. Penggusuran
hanyalah menciptakan masalah sosial perkotaan yang semakin akut dan
pelik. Penggusuran atau sering diistilahkan sebagai peremajaan kota
adalah cara yang tidak berkelanjutan dalam mengatasi kemiskinan.
Aktivitas hijau3seperti
yang dilakukan oleh masyarakat Penjaringan dan Kampung Toplang
merupakan bukti kuat bahwa masyarakat miskin mampu meningkatkan kualitas
lingkungan permukiman dan juga mengentaskan kemiskinan. Masyarakat
miskin adalah salah satu komponen dalam komunitas perkotaan yang mesti
diberdayakan dan bukannya untuk digusur. Solusi yang berkelanjutan untuk
mengatasi kemiskinan dan pemukiman kumuh di perkotaan adalah
pemberdayaan masyarakat miskin dan bukanlah penggusuran.
Lain lagi kemiskinan yang terjadi di masyarakat Flores, bagi
masyarakat Flores kemiskinan merupakan sebuah fakta. Ini muncul dalam
berbagai aspek dan bentuk kehidupan masyarakat sehingga menjadi sebuah
persoalan yang pelik dan serius. Menyoal kemiskinan, lantas membedahnya
dan menemukan solusi pengentasannya bagai mengurai benang kusut yang
sangat rumit untuk diselesaikan.
Secara
alamiah daerah Flores termasuk daerah yang gersang dan tandus. Hal ini
tidak dapat dipungkiri karena fakta membuktikan curah hujan yang rendah
dan musim panas yang panjang. Problem alamiah ini diperparah dengan
keadaan geografis Flores yang tergolong rentan akan bencana alam.
Berangkat dari latar belakang ini, sebetulnya keadaan sosial-ekonomi
masyarakat Flores sudah bisa diukur. Hampir sebagian besar masyarakat
Flores bertani secara musiman, dan amat tergantung pada hasil pertanian
jangka panjang. Sementara yang menetap di pesisir pantai menggantungkan
hidupnya pada hasil tangkapan laut. Dari sini dapat diukur kemampuan
ekonomi rata-ratanya, bahwa pendapatan perkapita sangat rendah dan masih
terbilang berada di bawah garis kemiskinan.
Mempersoalkan kemiskinan Flores
dari latar belakang geografis dan juga topografis masih terbilang wajar,
dan itu tidak terelakkan. Lantas, untuk mengelak dari keadaan yang
demikian, separuh kaum muda baik laki-laki maupun perempuan.
Langganan:
Postingan (Atom)